TPA … oh TPA

Setelah sengaja menjauhkan diri dari blog ini kurang lebih 15 hari, akhirnya saya kembali ingin mendekatkan diri ke  blog saya yang masih bayi ini. Waaa…apa kabarnya ya blog yang masih bayi ini? Kasian…masih bayi saya udah berani ninggalin dia sampai 15 hari. Ada apa sih 15 hari ini? Hohoho…sok sibuk nih ;-). Sebenarnya bukan alasan kesibukan yang membuat saya sengaja menjauh. Namun, ada sesuatu hal yang membuat saya takut, bukan takut sih…kurang pede lebih tepatnya.

gambar diambil dari http://images.google.co.id

Tes Potensi Akademik atau TPA, itulah satu-satunya alasan saya untuk menjauhkan diri dari blog ini beberapa waktu lalu. Sebegitu kurang PD-nya saya dengan tes ini, membuat saya agak pusing beberapa hari belakangan ini. Kenapa harus takut dengan TPA? TPA itu jenis monster apa sih? suka makan orang ya? Haah…ya tentu tidak.

Bagi saya yang jarang bergelut dengan TPA, tes itu menjadi momok bagi saya. Walaupun latar belakang pendidikan saya bidang eksak, tetap saja ada sesuatu yang membuat saya kurang PD jika berhadapan dengan TPA. Mungkin bagi teman-teman yang berasal dari jurusan Matematika dan Bahasa Indonesia tes ini sudah jadi makanan sehari-hari, karena sering ngebahas soal-soal sejenis itu. Jadi saya pikir tentu teman-teman yang dari Matematika atau Bahasa Indonesia sudah lebih pede menghadapi tes semacam TPA. Itu mah pendapat saya, ga tau juga gimana pendapat mereka sendiri. Kalau boleh memilih, saya lebih suka mendapatkan soal-soal kimia daripada berhadapan dengan soal TPA. Namun, apa yang kita inginkan tidak selalu dapat terjadi, bukan?

Malahan  saat ini, TPA  itu beken banget. Dimana-mana selalu ada TPA. Dari tes standar penyaringan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), tes seleksi karyawan swasta dan BUMN, tes seleksi mahasiswa jenjang S2 dan S3. Bahkan TPA juga sudah digunakan dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau dulunya dikenal dengan SPMB, UMPTN, SKALU atau apalah namanya sejak seleksi tahun 2009 kemarin.

Menurut sebuah sumber, Tes Potensi Akademik (TPA) itu adalah sebuah tes yang bertujuan  untuk mengetahui bakat dan kemampuan seseorang di bidang keilmuan (akademis). Tes ini juga sering dihubungkan dengan kecerdasan (intelektual) seseorang. Adapun, Tes Potensi Akademik ini umumnya memiliki empat jenis soal. Yaitu, tes verbal atau bahasa, tes numerik atau angka, tes logika, dan tes spasial atau gambar. TPA bisa dilatih, tetapi sulit dihafalkan.

Tes semacam ini saya temui ketika kelas 2 SMA dulu. Tepatnya ketika penjurusan di kelas tiga SMA, untuk mengetahui siswa itu ditempatkan di jurusan IPA, IPS atau bahasa berdasarkan IQnya.  Setelah itu, saya tidak pernah bertemu dengan tes semacam ini sampai saya tamat kuliah. Baru sekitar 5 bulan yang lalu ketika ujian tes CPNS saya mengulang kembali belajar dan berlatih TPA. Yah…walaupun akhirnya saya gagal pada tes tersebut. Mungkin karena kurang persiapan dan jarang berlatih dengan soal-soal semacam itu. Namun, beberapa hari yang lalu saya juga harus berhadapan kembali dengan soal-soal TPA. Mau tidak mau, saya harus menyenangi soal ini. Begitulah, hingga akhirnya saya memutuskan untuk menghilang beberapa hari belakangan.

Selesai menghadapi tes tersebut, saya malah ketagihan untuk ngebahas soal-soal TPA. Sampai saat ini saya masih mencari bagaimana trik n tips untuk menghadapi TPA dengan mudah. Kebetulan dalam pencarian, saya menemukan beberapa tips yang ditulis oleh mas arga dan mas wahyu wijanarko. Bagi teman-teman yang ingin mengetahui triknya silakan berkunjung saja ke sana. Ada beberapa tips  yang saya gabungkan karena sesuai dengan yang saya alami, antara lain :

1. Kata mas arga , „kerjakan soal yang mudah terlebih dahulu“ namun kata mas wahyu, “ Jangan mengerjakan soal yang mudah tetapi waktunya lama“.

2. Kata mas wahyu lagi, “ Bila tidak bisa, ya nyerah saja deh, dan jangan sekali-kali jawabannya zig-zag serta jangan tekun, panik dan penasaran dalam menjawab soal-soal yang sulit“, dikuatkan oleh mas arga, “ Soal-soal TPA tidak dirancang untuk dijawab semuanya. Kita ambil soal matematika dasarnya sebagai contoh. 90 soal, 60 menit. Berarti 1 soal 40 detik. Orang jenius macam apa yang bisa ngerjain setiap soal dalam 40 detik? Baca soalnya aja udah 20 detik sendiri. Jadi, strateginya adalah dalam 20 detik membaca soal itu kita sudah tentukan, soal ini gampang atau tidak. Kalo susah, ya tinggal aja, kerjain yang lain. TPA itu soalnya 250 biji, jadi jangan kuatir kehabisan soal „

3. Sama-sama dipaparkan oleh kedua sumber di atas, “ Untuk bagian matematika, hafalkan perkalian, pecahan, persentase, perpangkatan, dan desimal yang sederhana“

4. Kata mas wahyu lagi, „Fokus pada waktu saudara mengerjakan soal dan jangan kalah mental“ senada dengan itu mas arga juga bilang, “ Jangan terpengaruh orang lain“. Ini benar-benar saya alami, saya sempat grogi dan terpengaruh dengan teman di sebelah yang cepet banget nyelesain soalnya. Sedangkan saya sendiri selalu kekurangan waktu dan ketinggalan.

5. Kata mas wahyu, “ Jangan meninggalkan soal tanpa diisi secara langsung. Hal ini penting dalam mengisi nomor soal“.

6. Next Mas arga bilang, „Sisakan waktu untuk nembak„. Bener banget, karena soal TPA ga pakai sistem minus. Jadi, sebisanya semua nomor diisi. Walaupun itu cuma nembak karena kekurangan waktu.

Itu kira-kira beberapa tips yang saya dapatkan dari Mas Arga dan Mas Wahyu. Walaupun sebenarnya masih banyak tips yang tidak saya sebutkan. Kalau mau lebih lengkapnya, silakan langsung ke TKP. 🙂

11 Gedanken zu “TPA … oh TPA

    • Makasi Masdin…
      Mantap…Masdin langsung komen ketika saya baru posting (sempat kaget juga tadi)

      Untung dikirain „Tempat Penitipan Anak“ bukan „Tempat Pembuangan Akhir“

      Schedule post itu apa mas??maaf saya ga ngerti?hehe 😉

  1. Jangan lupa mengisi dan tidak boleh bolong maksudnya agar jangan sampai salah isi, trus jadinya jawaban soal nomor 19 masuk ke nomor 18, soal nomor 20 bergeser ke nomor 19, jadinya akan fatal dan bisa banyak yang salah,,, Jadi mending bisa atau nggak bisa tetap diisi jawabannya.

    • Waa…kejutan ni dikunjungi bang dedev
      Kalo sekarang mungkin belum tepat untuk bikin tips sendiri bang, soalnya Na belum ahli dalam bidang TPA n merasa belum bisa ngasih tips k orang lain, diri ini masih belajar bang 🙂

      Amiin…makasi doanya bang

  2. bleh jg tips na buk…
    tp, sedikit coment soal pengerjan soal TPA tuk org jrsn b.ind…heheh…
    pada dasar na pa yg qta almi sama koq buk.. kan d TPA yang dites pun ngk melulu bahasa ada jg berhitung, penalaran, ketelitian,dll.. jd kslitan yg buk rasakan jg kami rasa kan…
    tetap semangat aja buk.. angap aj qta bisa n insyallah kan bisa.amin….\
    duch jd inget kenangan (bljar breng) itu.hhuhuuuu…….

    • hehe…sengaja minta tanggapan orang Bahasa Indonesia
      hmm…gitu ya wit 😉

      hehe…iya kalau lihat buku TPA, jadi teringat kenangan belajar bareng dulu 🙂

  3. duh…….kalo segini susah na TPA itu,,,,,,,perlu banyak persiapan buat tes na…..

    klo buat orng yg background na b.inggris gmn kira2 na???
    pasri tambah rumit ya…………

    ihhhhh TPA seremm,,,,,

    • Waa..jangan berfikiran buruk dulu vil
      Dari sekian banyak soalnya, soal yang mudah juga banyak kok
      Tapi emang harus dipersiapkan, supaya tidak menyesal nantinya 🙂

      Anggaplah ia menyenangkan, supaya bisa jadi dekat
      Jangan ambil sisi ketidak PDan na seperti di atas 😉

Hinterlasse einen Kommentar