Kisah Sang Elang

Setelah mengikuti telepati lewat blog yang dilakukan Mas Din, saya jadi teringat suatu kisah. Katanya sih… blognya mas Din telah dilengkapi dengan widget khusus sakti mandraguna ;-). Hohoho…bisa aja. Uppss…semoga saja ini tidak termasuk melanggar syarat dan ketentuan yang dituliskan di sana. Saya tidak menyebutkan jawaban dari telepati itu kan. Hehe..peace Mas Din 😉 .

Begini ceritanya

Alkisah  di sebuah puncak gunung yang tinggi terdapatlah seekor elang yang sedang mengerami telurnya. Ketika sang induk pergi untuk sekedar mencari makan terjadilah gempa. Akhirnya terjatuhlah salah satu telur elang itu dari puncak gunung. Di sebuah desa seorang petani menemukan sebuah telur di sawahnya, dan ternyata telur yang ditemukannya itu adalah telur elang. Namun si petani tersebut tidak menyadarinya.

Wah..lumayan nih dapet sebutir telur, bisa untuk tambahan menu makanan hari ini, pikir si petani. Sesampainya di rumah, petani tersebut urung melakukan niatnya, melihat bentuk telur itu yang agak besar dan berbeda dengan telur ayam biasanya.
Akhirnya si petani menaruh telur elang tersebut di kandang seekor ayam betina di belakang rumahnya untuk dierami.

Walaupun bentuk telur yang tiba-tiba muncul itu berbeda dengan telur yang biasa ia erami, si ayam tetap mengerami telur itu. Hari berganti hari, dan akhirnya telur elang itupun menetas bersama dengan telur- telur ayam lainnya. Namun, betapa kagetnya sang induk ketika melihat salah satu anaknya berbeda dengan yang lainnya.  Si ayampun berusaha dengan segala daya dan upaya menegasakan bahwa anaknya yang berbeda itu adalah ayam. Masa kanak-kanak elang tersebut dihabiskan dengan anak-anak ayam yang lain. Dan akhirnya tingkah elang tersebut pun seperti layaknya ayam yang lain. Si anak elang menjalani kehidupannya seperti ayam, seperti yang dilakukan sang saudara tirinya, mencari cacing, bermain dengan ayam-ayam.

Hingga suatu saat dia melihat ada seekor elang terbang diatas mereka. Sang anak elang pun terpana melihat elang tersebut terbang bebas diangkasa. “wah enak ya si elang bisa terbang bebas” kata si anak elang tersebut. Si anak elangpun mencoba untuk mengepakkan sayapnya. Namun dilarang oleh induk ayam. ”Jangan mimpi deh, kamu ditakdirkan jadi ayam. Ga bisa terbang seperti mereka” kata saudara tiri si elang .

Anak elang tumbuh dewasa. Badannya semakin tegar, sayapnya semakin kokoh, kuat paruhnya semakin tajam, dan kakinya semakin mencengkram. Tapi dia masih saja bertingkah seperti ayam. Dia tidak berani tuk mengepakkan sayapnya, hanya bersedih melihat dirinya berbeda dengan ayam-ayam lainnya dan hanya bisa memandang ke langit memperhatikan burung-burung lain yang terbang. Hingga akhirnya si elang itupun mati tanpa ia bisa mengepakkan sayapnya dan terbang tinggi di angkasa.

****************

Dari kisah si Elang ada pelajaran yang dapat kita petik. Sebenarnya setiap manusia diciptakan dengan kelebihannya masing-masing. Jika kita berpikiran seperti si elang yang hidup di lingkungan ayam, tentu hidup akan biasa-biasa saja seperti seekor ayam. Padahal si elang mempunyai potensi lebih dari seekor ayam. Memang berat menjadi seekor elang yang hidup di lingkungan ayam. Semua sudah menjadi kebiasaan dan tabiat, semua dilakukan atas asas tradisi turun temurun.

Namun jika alur cerita di atas dirobah menjadi seperti ini :

Si elang sedikit demi sedikit akhirnya mulai belajar mengepak-ngepakan kembali sayapnya. Tak terasa ketika ia mengepak-ngepakan ke dua sayapnya, ia pun mulai terbang tinggi. Ia terbang membumbung tinggi ke angkasa, suatu hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Setelah ia mengangkasa ia pun semakin yakin bahwa ia di takdirkan untuk menjadi seekor ELANG. Bukan seekor ayam sebagaimana doktrin yang ia dapatkan dari sang induk ayam selama ini. Kini ia telah berubah dari seekor elang darat menjadi seekor elang yang gagah sebagai penguasa angkasa raya di jagat ini. Tinggal lah si induk ayam dan saudara-saudara ayamnya memandangi si elang yang terbang tinggi ke angkasa.

Seperti kata pepatah :

„orang sukses melakukan sesuatu di luar kebiasaan orang kebanyakan. „

So…mau jadi elang yang bagaimanakah kita?

Yang jelas…saya mau jadi manusia…hehe ;-).

71 Gedanken zu “Kisah Sang Elang

    • yup..mba..
      hehe..mbak suka pertamaxx juga ya…(kirain cuma cowok yang ngerti bahan bakar)

      Yaa…manusia yang belajar untuk lebih baik…

  1. Pas liat ada ping back di postingan telepati, saya jadi penasaran asalnya dari mana…. eh ternyata ping back itu datang dari blognya Rina, hihihi…

    Terkadang kita memang hidup di bawah doktrin…. dimana doktrin ini telah membunuh karakter kita, akibatnya tidak bisa maju dan berkembang. Diperlukan sedikit keberanian untuk terbebas dari doktrin tersebut, seperti si elang pada alur cerita yang kedua di atas. Thanks for the inspiring post 🙂

    • Yups…terkadang kita takut untuk keluar dari kebiasaan yang sebenarnya membuat kita jalan di tempat
      Dan keberanian itulah kuncinya.
      🙂

  2. ya, sy dpt mngmbil hikmah dr cerita elang itu yg mmg sangt berguna bg kehidpn sy, thanks for the inspiring…..:)

  3. Manusia dilahirkan dan dianugerahi perasaan mampu untuk melakukan segala hal, sebelum kemudian perasaan itu dikacaukan oleh pesan-pesan ketidakmampuan yang datang dari lingkungan.

    Nice story by the way 🙂

  4. jadilah elang yg perkasa sesuai kodratnya, penguasa angkasa raya namun tetap rendah hati, membumi seperti ayam yang telah berjasa menjadikan dia binatang elang ….

    • Nice comment mas abrus…
      jadi elang yang membumi …ya terkadang jika sudah terbang tinggi kita sering lupa untuk tetap membumi
      makasi dah mengingatkan
      seperti padi semakin berisi semakin merunduk ya 🙂

  5. Memang berat menjadi seekor „manusia“ yang hidup di lingkungan ayam kerjaannya koreh-koreh cok … koreh-koreh cok 😉

    Sebuah Inspirasii jelang subuh … hatur tararengkyu n salam kenal 😉

  6. orang sukses melakukan sesuatu di luar kebiasaan orang kebanyakan. <– orgil juga lho melakukan beda dari yang lain hahahha
    😀

  7. orang sukses memang slalu berbeda dg kbnyakan orang, kita pun jg harus mrubah kbiasaan kita untuk mnjdi orang sukses….
    enak ya jdi elang bisa terbang keliling dunia…. 😀

  8. alam kehidupan kita ini,
    kadang kita juga harus melakukan suatu
    perubahan, halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri
    sendiri dan andalah sang penguasa atas diri anda, jangan biarkan masa
    lalu menumpulkan asa dan melayukan semangat kita, kita adalah bak elang-elang itu,
    penjelajah langit yang tak larut akan kelemahan…
    Perubahan pasti terjadi. Maka itu, kita harus berubah ke arah yang lebih baik.
    [filosofi sang elang]

    Bismillah.. ^^v

  9. aq mau jadi manusia yang bisa kek elang… (loh??!!) hehehe… bisa terbang cari pengalaman dan matanya itu loh … tajam banget … aq sukaaa… 😀

  10. Analogi yang bagus mbak..
    jadi ingat kisah angsa diantara sang bebek 😀 ….
    kalo kita sadar kita mempunyai perbedaan… cobalah untuk keluar dari zona yg ada.. kadang lingkungan sendiri bisa membuat kita tetap dalam keterpurukan…

    Lia juga mau jadi manusia mbak… ehehheheh

  11. pagee salam kenal kunjungan perdana
    keren postingannya bermanfaat perumpamaan n analogi yang bagus
    terbang tinggi seperti elang bebas melintasi masalah kita hehhehe
    itu analogi yang saya pakai dari elang

    anak elang n ayam keren mbak ceritanya 🙂

    orang sukses melakukan sesuatu di luar kebiasaan orang kebanyakan.

    bener banget mbak rina 🙂

    salam kenal

  12. sewaktu sd blue ikut kelompok pramuka yg bernama groep elang jadi blue suka elang…….heheh susah lho ikut kelompok elang sewaktu itu
    orang terpilih sama seperti post ini pasti orang yg hebat bisa buat sedemikian
    salam hangat dari blue

  13. Cerita yang benar2 inspiratif. Membuat seseorang lebih bersemangat untuk mengeksplorasi kemampuan yang ia miliki, meski tersembunyi sekalipun. Saya sungguh menghayati cerita diatas karena mampu ditampilkan dengan 2 sisi pengandaian yang berbeda

  14. cerita yang sangat inspiratif

    betewe, andai telur itu bukan dierami oleh induk ayam tapi dimakan oleh sang petani, lanjutan ceritanya bagaimana hayooo??? 😀

  15. Pikiran merupakan inti dalam kesuksesan hidup seseorang. Bila pikiran hanya melihat satu titik hitam di selambar kertas putih maka begitulah adanya dirinya yang picik melihat kehidupan, namun dia meluaskan pikiran di selembar kertas putih maka akan luaslah pikirannya.
    Salam kenal dari saya.

  16. Pelajaran yg penuh bermakna.
    Seandainya telur elang itu jatuh dan di tetaskan pakai mesin penetas, kira2 si elang itu gimana ya?
    hehehe….

  17. Pingback: ELANG (Dewa) « Silenceraloner’s Weblog

  18. bagai mana jika sebaliknya,jika kita adalah ayam yg terlahir diantara sekumpulan elang,apakah kita bisa mengepakan sayap selayaknya elang emas?,,sbb saya salah seorang yg percaya takdir,meskipun ada takdir yg bisa dirubah..jadi betapapun keranya seekor ayam belajar menjadi elas,paling ia hanya bisa menjadi ayam terbang(ayam hutan),dan tak akan menjadi elang,sbb sudah dirakdirkan menjadi ayam bukan elang…bgmn cara menyikapinya..jika posisi kita adalah ayam yg terlahir dan besar diantara sekumpulan elang emas..
    please advice..

    thanks & regards
    jipe

Hinterlasse eine Antwort zu Rina Antwort abbrechen